Suhu Udara Dingin Minimum Di Yogyakarta Telah Mencapai 18,8 Derajat Celsius.
Djogja.web.id - BMKG Yogyakarta mengungkapkan bahwa fenomena ini dipengaruhi
oleh pergerakan angin Monsoon dingin dari Australia. Kepala Stasiun
Klimatologi BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas, menjelaskan bahwa ada
massa udara dingin dan kering yang bergerak dari Australia.
Reni memprediksi bahwa suhu udara dingin ini akan berlangsung hingga Agustus 2024, menandakan puncak musim kemarau di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada 15 Agustus 2018, suhu udara paling dingin pernah mencapai 17 derajat Celsius di DIY.
Selain pengaruh Monsoon Australia, suhu udara dingin juga disebabkan oleh sedikitnya tutupan awan, sehingga panas dari sinar matahari tidak tertahan oleh awan dan langsung terlepas ke angkasa. Selain itu, rendahnya kandungan air di dalam tanah dan rendahnya kelembaban udara juga menjadi faktor penyebab suhu udara dingin ini.

Post a Comment